Selasa, 24 Agustus 2010

BOLEHKAH MENAFSIRKAN AL-QURAN AL-KARIM DENGAN TEORI ILMIAH ?

Menafsirkan Al-Quran dengan teori ilmiah mengandung bahaya. Karena, jika kita
menafsirkan Al-Quran dengan teori tersebut kemudian datang teori lain yang
menyelisihinya, maka konsekwensinya adalah Al-Quran menjadi tidak benar dalam
pendangan musuh-musuh Islam. Adapun dalam pandangan kaum muslimin, mereka akan
mengatakan bahwa kesalahan terletak pada orang yang menafsirkan Al-Quran dengan
teori tadi, akan tetapi musuh-musuh Islam akan selalu menunggu kesempatan. Oleh
karena itu, saya mengingatkan dengan amat sangat agar tidak tergesa-gesa dalam
manafsirkan Al-Quran dengan teori ilmiah ini. Apabila Al-Quran terbukti dalam
realita maka kita tidak perlu mengatakan bahwa Al-Quran telah menetapkan
realita itu. Al-Quran turun untuk menerangkan ibadah, akhlak, dan sebagai bahan
renungan.

Allah Subhanahu wa Taala berfirman.
Artinya : Inilah Kitab yang Kami turunkan kepadamu yang penuh berkah agar
mereka merenungkan ayat-ayatnya dan agar orang-orang yang berakal mengambil
pelajaran [Shaad : 29]

Dan bukan untuk perkara-perkara seperti ini yang diketahui melalui eksperimen
dan diketahui oleh manusia dengan ilmu mereka. Terkadang menjadi bahaya besar
yang memberatkan tentang diturunkannya Al-Quran. Saya berikan suatu contoh
tentang masalah ini, umpamanya firman Allah Taala.

Artinya : Wahai kelompok jin dan manusia, apabila kalian mampu menembus penjuru
langit dan bumi maka tembuslah, kalian tidak akan bisa menembusnya kecuali
dengan sulthan [Ar-Rahman : 33]

Ketika manusia berhasil mendarat di bulan, sebagian manusia menafsirkan ayat
ini dan menempatkannya sebagai tafsiran bagi peristiwa ini. Dan mengatakan
bahwa sesungguhnya yang dimaksud dengan sulthan dalam ayat ini adalah ilmu,
karena mereka mampu menembus penjuru bumi dengan ilmu mereka. Ini adalah salah,
tidak boleh menafsirkan Al-Quran dengan hal ini, karena jika engkau menafsirkan
Al-Quran dengan satu makna maka itu berarti engkau bersaksi bahwa Allah
menghendaki maskud ayat ini seperti apa yang engkau katakan. Ini adalah
persaksian yang besar, engkau akan ditanya tentang hal ini. Dan barangsiapa
yang menelaah ayat ini maka dia akan menemukan bahwa ini adalah tafsir yang
bathil, karena ayat ini mempunyai konteks penjelasan tentang keadaan manusia
dan urusan mereka. Bacalah surat Ar-Rahman maka akan engkau temukan bahwa ayat
ini disebutkan setelah firman Allah.

Artinya : Semua yang ada di atasnya (bumi) pasti binasa. Dan tetap kekal Wajah
Rabb-mu yang mempunyai kebesaran dan kemuliaan. Maka nikmat Allah yang manakah
yang kalian dustakan? [Ar-Rahman : 26-28]

Maka kita tanyakan, Apakah mereka (yang mendarat di bulan) menembus langit?
Jawabanya : Tidak ! Padahal Allah berfirman.

Artinya : Jika kalian mampu menembus penjuru langit dan bumi [Ar-Rahman : 33]

Kedua : Apakah dilepaskan kepada mereka nyala api dan cairan tembaga? Tidak!
Jika demikian maka ayat ini tidak benar jika ditafsirkan dengan penafsiran
mereka dan kita katakan bahwa sesungguhnya sampainya mereka ke tempat yang
sudah mereka capai termasuk ilmu-ilmi empiris yang mereka ketahui melalui
percobaan. Adapun membelokkan Al-Quran untuk dicocokkan dengan hal seperti ini
maka ini tidak benar dan tidak boleh.

[Disalin dari kitab Kitaabul Ilmi, Edisi Indonesia Panduan Lengkap Menuntut
Ilmu, Penulis Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin, Penyusun Fahd bin Nashir
bin Ibrahim As-Sulaimani, Penerjemah Abu Haidar Al-Sundawy, Penerbit Pustaka
Ibnu Katsir]
Posted on by Berbagi Bersama Agus | No comments